ads
Saturday, August 19, 2017

August 19, 2017
 


Shalat apa yang paling ringan Anda kerjakan?
Shalat apa yang paling berat Anda kerjakan?

Monggo dijawab secara jujur dua pertanyaan di atas.
Sebagai pembuka, saya akan menjadi penjawab pertama.

Bagi saya pribadi, shalat yang paling ringan adalah shalat Maghrib, sedangkan yang paling berat adalah shalat Shubuh. Hati memang tidak bisa berbohong, saat adzan Isya’ berkumandang, berasa tidak ada beban sedikit pun untuk mengambil air wudhu.

Berbeda dengan shubuh, untuk bangkit dan beranjak dari tempat tidur terlebih dahulu kita harus berjuang keras menyingkirkan kaki-kaki setan yang menginjak kuat tubuh kita. Atau, berjuang melawan setan-setan yang mendekap hangat tubuh kita dan meninabobokan kita agar terus lelap dalam tidur.

“Buat apa engkau bangun, hai manusia? Ayo, tidur lagi! ‘Kan kudekap hangat dirimu dengan tubuhmu yang terbuat dari api ini?” mungkin seperti itulah setan membujuk kita.

Tidak salah saya menyebut bahwa shalat yang paling berat adalah shalat Shubuh, karena Rasulullah pun mengatakan itu dalam sabdanya.

إِنَّ أَثْقَلَ صَلَاةٍ عَلَى الْمُنَافِقِينَ صَلَاةُ الْعِشَاءِ وَصَلَاةُ الْفَجْرِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sesungguhnya shalat yang paling berat dilaksanakan oleh orang-orang munafik adalah shalat isya dan shalat subuh. Sekiranya mereka mengetahui keutamaan keduanya, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak.” (HR. Bukhari no. 657 dan Muslim no. 651)

Strategi Dakwah
Beberapa tahun terakhir memang terdengar gaung “gerakan shalat Shubuh berjamaah” di kota-kota besar. Semakin menggema saat GNPF-MUI mengampanyekan itu. Kian menggema lagi ketika Kang Emil (Ridwan Kamil, Walikota Bandung) juga menggalakkan itu.

“Ah, begitu saja kok dikampanyekan dan digembar-gemborkan di media. Di kampungku, di pesantren-pesantren tempat dulu aku mencari ilmu, shalat Shubuh berjamaah itu biasa. Tidak istimewa.”

Di pesantren dan di beberapa kampung tertentu, shalat Shubuh berjamaah memang biasa. Tidak diistimewakan. Tidak ada pula istilah “gerakan ini dan itu”. Mereka, para santri dan masyarakat kaum santri, menunaikan shalat Shubuh dengan ringan dan tanpa beban. Walaupun senyatanya tidak semua santri seperti itu. Ada pula yang santri yang susah dibangunkan pengurusnya, sampai-sampai harus dipukul pakai sajadah atau disiram air.

Lalu, apa pentingnya “gerakan shalat Shubuh berjamaah” ini? Bukankah itu sudah diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah sedari dulu?

Iya, benar, shalat Shubuh berjamaah memang sudah diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah sejak dulu. Akan tetapi, seiring bergantinya masa, shalat Shubuh berjamaah menjadi barang langka saat ini. Karena itulah masyarakat harus digairahkan lagi agar bersemangat menunaikannya.

Untuk menggairahkan masyarakat agar melaksanakan ini dan itu, termasuk shalat Shubuh berjamaah, dibutuhkan cara atau strategi. Di antaranya, ada beberapa masjid yang menyediakan puluhan doorprize untuk menggaet jamaah agar menghadiri shalat Shubuh berjamaah. Saya pernah beberapa kali diundang untuk memberikan ceramah di sana. Bahkan, ada pula masjid yang memberikan hadiah umroh bagi jamaahnya. Kalau ini, saya belum tahu bagaimana mekanisme menentukan penerima hadiah umroh.

Terlepas dari itu semua, shalat Shubuh adalah kewajiban, shalat Shubuh berjamaah penuh dengan keutamaan dan kemuliaan, dan shala Shubuh berjamaah sudah sedari dulu diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah. Jika saat ini kebanyakan kita menjadi asing dengannya maka kita perlu menggairahkan kembali mereka dengan strategi dakwah yang penuh kelembutan dan menggembirakan.

Gerakan di Al-Jihad Pijenan
Alhamdulillah, gerakan shalat Shubuh berjamaah meluas pula hingga pelosok kampung. Salah satunya adalah di Mushalla Al-Jihad Pijenan, Wijirejo, Pandak, Bantul.

Beberapa hari kemarin takmir Mushalla Al-Jihad menghubungi saya agar berkenan memberi kajian kitab setiap Ahad Pahing selepas shalat Shubuh di mushalla tersebut. Dalam hati saya membatin, “Kalau kajian ba’da shubuh selama Ramadhan itu biasa, tetapi ini di luar Ramadhan. Benar-benar luar biasa!”

Saya menyanggupi permintaan takmir itu dengan iringan doa, “InsyaAllah, saya siap. Semoga bisa istiqamah.”

Nah, persoalan istiqamah inilah yang kerap menjadi problem utama dalam setiap kebaikan. Biasanya, kebanyakan dari kita, sangat antusias dan menggebu-gebu di awalnya, namun kendur dan berat di pertengahan dan akhir. Semoga semuanya bisa istiqamah; jamaahnya istiqamah, saya pun yang diundang untuk mengaji juga istiqamah.

Beberapa judul kitab saya sodorkan kepada mereka. Di antaranya, Bidayatul Hidayah, Arbain Nawawi, Nashaihul Ibad, Fathul Qarib, dan lain-lain. Terserah mereka yang menentukan. Akhirnya, mereka memilih mengkaji kitab Nashaihul Ibad karya Syaikh Nawawi al-Bantani.

Keutamaan Shalat Shubuh
Ada banyak keutamaan dari shalat Shubuh. Di antaranya disebutkan oleh Rasulullah dalam sabdanya.
1.   Menjadi salah satu kunci masuk surga
مَنْ صَلَّى الْبَرْدَيْنِ دَخَلَ الْجَنَّة
“Barangsiapa mengerjakan shalat bardain (shalat Shubuh dan Ashar) maka dia masuk surga.” (HR. Bukhari no. 574 dan Muslim no. 635)

2.   Salah satu penghalang masuk neraka
لَنْ يَلِجَ النَّارَ أَحَدٌ صَلَّى قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا
“Tidak akan masuk neraka orang yang melaksanakan shalat sebelum matahari terbit (shalat Shubuh) dan shalat sebelum matahari tenggelam (shalat Ashar).” (HR. Muslim no. 634)

3.   Shalat Shubuh senilai dengan shalat malam
مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ
“Barangsiapa shalat Isya` berjamaah maka seolah-olah dia telah melaksanakan qiyam dalam separuh malam. Dan barangsiapa shalat Shubuh berjamaah maka seolah-olah dia telah shalat pada seluruh malam.” (HR. Muslim no. 656)

4.   Mendapat pahala senilai haji dan umrah

مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ  تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
"Barangsiapa shalat Shubuh berjamaah, lalu duduk berdzikir kepada Allah sehingga matahari terbit, kemudian shalat dua rakaat, maka dia mendapat pahala haji dan umrah secara sempurna (diulang tiga kali)." (HR. Al-Tirmidzi)
Sumber Gambar:
- Gambar pertama diambil dari sini

- Gambar kedua kiriman dari takmir Al-Jihad

0 comments: